Letusan Mendadak Gunung Shindake Jepang

21.06
Gunung Shindake
Shindake dapat digolongkan sebagai bukit api berjenis Stratovolcano. Shindake menciptakan cuilan dari jalur panjang Rings of Fire yang membentang di antara jalur tubrukan lempeng dunia, tak terkecuali di Indonesia. Atas 2009 lantas, peneliti mencatat ada sekitar 452 lembah api yang masih aktif dan dapat mengancam Jepang dengan kenyataan bencana gunung meletus tanpa peringatan sama sekali.

Sebelum dua gempa berkekuatan sedang sampai besar menggoyang Jepang atas 30 serta 31 Mei silam, aktivitas seismik di bawah permukaan Jepang nampaknya berada dalem fase pelepasan energi yang masif. Hal ini terbukti dari letusan tiba-tiba sebuah lembah yang berada di satu pulau terpencil di selatan Jepang, pulau Kuchinoerabujima.

Gunung Shindake, satu dari sekian bukit berapi di Jepang, berlokasi di tengah laut selatan Jepang. Jumat minggu lantas (29per5). Shindake tiba-tiba meletus, membuncahkan awan panas setinggi 30.000 kaki ke atmosfer. Dampak awan panas bencana letusan Shindake pun terbang hingga 600 km selatan Tokyo.

Shindake meletus tanpa ada tanda-tanda aktifitas peningkatan aktivitas seismik yang berarti. Nobuaki Hayashi, seorang warga lokal pulau Kuchinoerabujima seperti yang dikutip dari laman sciencetimes.Com menceritakan bahwa bunyi letusan Shindake terdengar amat keras. Tiba-tiba suara ledakan memekakkan indera pendengaran 140 orang penduduk lokal yang menghuni Pulau Kuchinoerabujima. Usai ledakan, awan panas berupa bunga mawar pun membubung tinggi dari Pucak Shindake.

Kesigapan masyarakat Shindake bakalan bencana letusan gunung api patut diacungi jempol. Walau para peneliti hanya menawarkan laporan bahwa terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Shindake 2 minggu sebelum letusan 31 Mei, tetapi letusan mendadak Shindake sama sekali tak membawa dampak korban jiwa. Seluruh Pulau Kuchinoerabujima dinyatakan telah kosong serta penduduk berhasil dievakuasi tepat lebih dari satu jam sebelum peredaran Piroklastik Shindake menerjang Pulau.

Sampai-sampai 1 Juni silam, aliran Piroklastik dari letusan Shindake masih meluncur deras menuruni lereng lembah. Namun segenap penduduk sudah selesai dievakuasi menjauh dari Pulau.

Salah satu vulkanologis yang berbasis di Jepang menyatakan bahwa letusan Shindake dapat dikaitkan dengan meningkatnya kesibukan Seismik di bawah permukaan Jepang. Korelasi ini pun difaktakan oleh guncangan gempa besar 8.5 kapasitas richter dan 6.4 kapasitas richter yang menggoyang wilayah Selatan Jepang, sekitar Ogasawara tak lama usai meletusnya Shindake.

Shindake ditilik dari catatan bencana letusannya memang tergolong sebagai lembah api yang hidup. Terakhir Shindake mengeluarkan energi dari dapur kawahnya pada 2014 maka. Pun serupa dengan kejadian diantara hari maka, letusan 2014 pun terjadi tiba-tiba tanpa ada peringatan dini sebelumnya. Akibat letusan mendadak 2014, 63 orang pengunjung taman wisata dan pendaki Shindake tewas tersapu aliran Piroklastik. (ijal)

Sumber

Previous
Next Post »
0 Komentar